Selasa, 26 Januari 2010

the mission (film)

THE MISSION (Roland Joffe, 1986)

1. Menurut saya, The Mission merupakan film tentang kesetiaan/kepatuhan, pengorbanan, dan pembelaan diri (secara pasif dan aktif) terhadap agama dan hak hidup.
2. Kepatuhan terhadap agama bukanlah sesuatu yang sempit, tidak dapat ditawar ataupun dikompromikan. Kepatuhan/ketidakpatuhan tidak bisa dilihat secara terpisah dari sebab-akibatnya. Bisa jadi ketidakkepatuhan tersebut dilakukan berdasarkan rasionalitas berpikir sebagai upaya pembelaan terhadap agama itu sendiri, sementara dengan kepatuhan membuat penganutnya tidak mampu melakukan apapun. Seperti apa yang dilakukan oleh Gabriel dan Mendoza dengan perjuangan mulia mereka, namun keduanya menempuh jalan yang berbeda, yaitu “kepatuhan” dan “ketidakpatuhan” untuk tujuan yang sama, yaitu “membela agama” mereka. Ketidakpatuhan yang dilakukan oleh Mendoza tidak bisa dikatakan sebagai ketidakpatuhan, karena agama sendiri mengajarkan untuk membela dan menyebarkan ajaran agama. Kenyataan bahwa Mendoza terpaksa menggunakan cara-cara kekerasan, lebih disebabkan sebagai respon balik atas cara-cara (kekerasan) yang digunakan oleh musuh.
3. Secara pribadi, saya lebih condong dengan model perlawanan Mendoza, karena ada hal-hal penting sebagai perjuangan dalam membela agama, misalnya semangat. Dalam agama tidak diajarkan untuk bersikap fatalis atau pasrah, dan agama juga tidak mengajarkan penganutnya untuk membiarkan kesewenang-wenangan atau kemungkaran yang terjadi di sekitarnya. Umatnya dituntut untuk berusaha –sebaiknya bersama-sama- sebatas kemampuannya. Dalam Islam misalnya, bisa dillihat apa dan bagaimana yang dicontohkan oleh Muhammad saw dalam menegakkan dan membela Islam, bahkan Beliau tidak segan (selalu) turun langsung di garis depan memimpin pasukan Muslim di medan pertempuran. Namun, kembali ke film, seperti yang terjadi di akhir, kedua perlawanan yang dilakukan keduanya tersebut dapat dihancurkan oleh musuh, namun meninggalkan kesan-kesan tersendiri bagi penganutnya dan tidak bisa dikatakan gagal.
4. Perang gerilya yang dilakukan oleh Mendoza bukanlah kegagalan dalam menerapkan toleransi dalam kehidupan keagamaan. Pertama, kedua pihak menganut ajaran agama yang sama. Kedua, yang menonjol adalah permasalahan politik-ekonomi di mana bangsa Eropa (Spanyol dan Portugis) merasa bahwa mereka berhak menguasai dan mengatur sepenuhnya daerah jajahan mereka, termasuk merampas kebebasan hak untuk beragama bahkan untuk hidup. Ketiga, karena bernuansa kolonialisme/imperialisme, maka setiap pembangkangan tidak bisa ditolerir dan harus ditumpas secara keseluruhan tanpa kecuali.
5. Menurut saya, komunikasi nonverbal lintasbudaya yang ditampilkan dalam film tersebut cukup berhasil. Dalam komunikasi, komunikasi yang baik adalah yang komunikatif, yaitu masing-masing pihak bisa saling tahu dan paham apa yang dikomunikasikan. Jadi, bahasa verbal bukanlah satu-satunya cara atau alat, bisa melalui tulisan dan bahasa isyarat, seperti dalam Pramuka maupun militer yang dikenal dengan bahasa sandi, misalnya morse dan telegraf.
6. Dalam film tersebut ada dua rejim toleransi, yaitu Multinational Empires dan Immigrant Societies.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar